FAJAR SMADUP

SELAMAT DATANG DI BLOGGER FAJAR SMADUP

Sabtu, 08 Oktober 2011

PERTEMUAN SYEHK YUSUF DAN ABDUL QADIR JAILANI

Pertemuan Syekh Abdul Qadir Jailani dan Syekh Yusuf al-hamadani Kontribusi dari al-Haitsami dalam kitabnya, Fatâwâ Hadîtsiyyah Cerita pertemuan pertama al-Jailani dengan al-Hamadani berikut ini diriwayatkan oleh al-Haitsami dalam kitabnya, Fatâwâ Hadîtsiyyah: Abu Sa‘id Abdullah ibn Abi Asrun (w. 585 H.), seorang imam dari Mazhab Syafi’i, berkata, “Di awal perjalananku mencari ilmu agama, aku bergabung dengan Ibn al-Saqa, seorang pelajar di Madrasah Nizamiyyah, dan kami sering mengunjungi orang-orang saleh. Aku mendengar bahwa di Baghdad ada orang bernama Yusuf al-Hamadani yang dikenal dengan sebutan al-Ghawts. Ia bisa muncul dan menghilang kapan saja sesuka hatinya. Maka aku memutuskan untuk mengunjunginya bersama Ibn al-Saqa dan Syekh Abdul Qadir al-Jailani, yang pada waktu itu masih muda. Ibn al-Saqa berkata, “Apabila bertemu dengan Yusuf al-Hamadani, aku akan menanyakan suatu pertanyaan yang jawabannya tak akan ia ketahui.” Aku menimpali, “Aku juga akan menanyakan satu pertanyaan dan aku ingin tahu apa yang akan ia katakan.” Sementara Syekh Abdu-Qadir al-Jailani berkata, “Ya Allah, lindungilah aku dari menanyakan suatu pertanyaan kepada seorang suci seperti Yusuf al-Hamadani Aku akan menghadap kepadanya untuk meminta berkah dan ilmu ketuhanannya.” Maka kami pun memasuki majelisnya. Ia sendiri terus menutup diri dari kami dan kami tidak melihatnya hingga beberapa lama. Saat bertemu, ia memandang kepada Ibn al-Saqa dengan marah dan berkata, tanpa ada yang memberitahu namanya sebelumnya, “Wahai Ibn al-Saqa, bagaimana kamu berani menanyakan pertanyaan kepadaku dengan niat merendahkanku? Pertanyaanmu itu adalah ini dan jawabannya adalah ini!” dan ia melanjutkan, “Aku melihat api kekufuran menyala di hatimu.” Kemudian ia melihat kepadaku dan berkata, “Wahai hamba Allah, apakah kamu menanyakan satu pertanyaan kepadaku dan menunggu jawabanku? Pertanyaanmu itu adalah ini dan jawabannya adalah ini. Biarlah orang-orang bersedih karena tersesat akibat ketidaksopananmu kepadaku.” Kemudian ia memandang kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani, mendudukkannya bersebelahan dengannya, dan menunjukkan rasa hormatnya. Ia berkata, “Wahai Abdul Qadir, kau telah menyenangkan Allah dan Nabi-Nya dengan rasa hormatmu yang tulus kepadaku. Aku melihatmu kelak akan menduduki tempat yang tinggi di kota Baghdad . Kau akan berbicara, memberi petunjuk kepada orang-orang, dan mengatakan kepada mereka bahwa kedua kakimu berada di atas leher setiap wali. Dan aku hampir melihat di hadapanku setiap wali pada masamu memberimu hak lebih tinggi karena keagungan kedudukan spiritualmu dan kehormatanmu.” Ibn Abi Asrun melanjutkan, “Kemasyhuran Abdul Qadir makin meluas dan semua ucapan Syekh al-Hamadani tentangnya menjadi kenyataan hingga tiba waktunya ketika ia mengatakan, ‘Kedua kakiku berada di atas leher semua wali.’ Syekh Abdul Qadir menjadi rujukan dan lampu penerang yang memberi petunjuk kepada setiap orang pada masanya menuju tujuan akhir mereka. Berbeda keadaannya dengan Ibn Saqa. Ia menjadi ahli huahli hukum yang menonjol. Ia mengungguli semua ulama pada masanya. Ia sangat suka berdebat dengan para ulama dan mengalahkan mereka hingga Khalifah memanggilnya ke lingkungan istana. Suatu hari Khalifah mengutus Ibn Saqa kepada Raja Bizantium, yang kemudian memanggil semua pendeta dan pakar agama Nasrani untuk berdebat dengannya. Ibn al-Saqa sanggup mengalahkan mereka semua. Mereka tidak berdaya memberi jawaban di hadapannya. Ia mengungkapkan berbagai argumen yang membuat mereka tampak seperti anak-anak sekolahan. Kepandaiannya memesona Raja Bizantium itu yang kemudian mengundangnya ke dalam pertemuan pribadi keluarga Raja. Pada saat itulah ia melihat putri raja. Ia jatuh cinta kepadanya, dan ia pun melamar sang putri untuk dinikahinya. Sang putri menolak kecuali dengan satu syarat, yaitu Ibn Saqa harus menerima agamanya. Ia menerima syarat itu dan meninggalkan Islam untuk memeluk agama sang putri, yaitu Nasrani. Setelah menikah, ia menderita sakit parah sehingga mereka melemparkannya ke luar istana. Jadilah ia peminta-minta di dalam kota , meminta makanan kepada setiap orang meski tak seorang pun memberinya. Kegelapan menutupi mukanya. Suatu hari ia melihat seseorang yang ia kenal. Orang yang bertemu dengan Ibn al-Saqa itu menceritakan bahwa ia bertanya kepadanya, “Apa yang terjadi kepadamu?” Ibn al-Saqa menjawab, “Aku terperosok ke dalam godaan.” Orang itu bertanya lagi, “Adakah yang kau ingat dari Alquran Suci?” Ia menjawab, “Aku ingat ayat yang berbunyi, ‘Sering kali orang-orang kafir itu menginginkan sekiranya saja dulu mereka itu menjadi orang Islam’ (Q.S. al-Hijr [15]: 2).” Ia gemetar seakan-akan sedang meregang nyawa. Aku berusaha memalingkan wajahnya ke Kakbah, tetapi ia terus saja menghadap ke timur. Sekali lagi aku berusaha mengarahkannya ke Kakbah, tetapi ia kembali menghadap ke timur. Hingga tiga kali aku berusaha, namun ia tetap menghadapkan wajahnya ke timur. Kemudian, bersamaan dengan keluarnya ruh dari jasadnya, ia berkata, “Ya Allah, inilah akibat ketidakhormatanku kepada wali-Mu, Yusuf al- Hamadani.” Ibn Abi Asrun melanjutkan, “Sementara aku sendiri mengalami kehidupan yang berbeda. Aku datang ke Damaskus dan raja di sana , Nuruddin al-Syahid, memintaku untuk mengurusi bidang agama, dan aku menerima tugas itu. Sebagai hasilnya, dunia datang dari setiap penjuru: kekayaan, makanan, kemasyhuran, uang, dan kedudukan selama sisa hidupku. Itulah apa yang diramalkan oleh al-Ghawts Yusuf al-Hamadani untukku.” dikutip dari Encyclopaedia of Islamic Doctrine Vol.5: Tazkiyatun-Nafs/ Tasawwuf, Ihsan karya Syekh Muhammad Hisyam Kabbani ar-Rabbani

Senin, 03 Oktober 2011

SEJARAH SUKSES DESA JULUBORI

SEJARAH SUKSES DESA
DESA JULUBORI KECAMATAN PALLANGGA
TAHUN / ZAMAN
      KEJADIAN/ PERISTIWA (KISAH SUKSES)
    D A M P A K
    1939  -  1964
-      Pada permulaan ada Pemerintahan dengan nama “ Kadaengan yang dipimpin oleh  “Daengta Paku“ bernama HAMA DAENG BALI.
-      Masih kesulitan bahan makanan karena masih suasana Penjajahan.
-      Pembangunan Pasar Desa.

    1964  -  1977
-    Mulai terbentuk Pemerintahan Desa dengan nama Desa Djulubori yang diberi nama oleh
HAMA DAENG BALI yang meliputi lingkungan dan yang menjadi Kepala Desa Pertama pada waktu itu adalah                 BASO HAMA DAENG NAI
-    Pembuatan Lapangan Sepak Bola.
-    Masyarakat yang berjualan ke Kota dengan istilah “Palembara”.
-    Pembuatan Akses Jalan baru dari Bontobila ke Borongbilalang.
-    Pembangunan Kantor Desa dan SD Negeri serta Madrasah Tsanawiyah Djulubori.

    1977  -  1978
-    Terjadi   Pergantian   Kepala   Desa   dari           BASO HAMA DAENG NAI beralih ke “ Sersan  HAMZAH DAENG TALLI”.
-    Dibentuklah Lingkungan di tiap Kampung.
-    Petani dalam mengelolah lahan pertaniannya menggunakan bajak yang ditarik oleh Kerbau.     

     1978  -  1992
-    Pada tahun 1978 terjadi lagi penggantian Kepala Desa baru bernama     KACONG SUGIMEN”.
-    Pembangunan Kantor Desa yang baru.
-    Adanya Usaha Jual Beli Kapuk ke Kota sebagai bahan baku Kasur dan Bantal.
-    Alat trasfortasi yang sudah memadai.
-    Ada Program pertanian bernama Bimas  (Lappo Ase)
-    Ada perkerasan jalan sepanjang 2 km.
-    Pada tahun 1986 diadakan pemilihan Kepala Desa.
-    Ada Pembangunan Irigasi.
-    Pembangunan SD Inpres.





SEJARAH SUKSES DESA
DESA JULUBORI KECAMATAN PALLANGGA

TAHUN / ZAMAN
KEJADIAN/ PERISTIWA (KISAH SUKSES)
D A M P A K

-    Ada Abri Masuk Desa, yang bekerjasama dengan masyarakat membuat jalan antar Desa Bontobila –Biringbalang dan Bontobila-Sogaya.
-    Sudah ada penggilingan Padi.
-    Pembuatan KUD.Penggalakan KB (Keluarga Berencana)
-    Sudah ada Usaha Rumah Tangga yaitu Pembuatan Kasur dan Bantal.
-    Sudah ada Traktor Tangan untuk digunakan membajak lahan pertanian.
-    Masyarakat sudah berhasil panen 3 kali ( 2 kali panen padi dan 1 kali panen palawija ).
-    Terjadi Pemekaran Desa,julubori dimekarkan menjadi 3 desa yaitu Desa Julubori( Desa Induk),Desa julukanaya dan Desa Julupamai

    1992  -  2003
-    Pada tahun 1992 diadakan Pemilihan Kepala Desa oleh masyarakat, dan yang terpilih adalah “ Serda ZAINUDDIN DG. NAI
-    Usaha Pembuatan Kasur dan Bantal semakin pesat dan meraupakan home Industri.
-    Pemasarannya semakin meluas.
-    Program Pemerintah melalui Sektor Pertanian Program DAFEP yang melakukan pelatihan untuk meningkatkan SDM petani.
-    Ada KUT (Kredit Usaha Tani) yang bertujuan menyiapkan sarana produksi pertanian dan alat produksi pertanian.
-    Ada pembangunan jamban keluarga melalui PDM – DKE.

     2003  -  2008






-    Pada tahun 2003 diadakan lagi Pemilihan Kepala Desa, yang dilaksanakan oleh masyarakat, dan yang terpilih adalah “KAMARUDDIN DG. SITAKKA
-    Mulailah pengaspalan jalan dari Dusun Borongbilalang ke Dusun Paku.
-    Pembangunan SLTP (SMP 5 Pallangga).
-    ada PNPM  P2KP







SEJARAH SUKSES DESA
DESA JULUBORI KECAMATAN PALLANGGA

TAHUN / ZAMAN
KEJADIAN/ PERISTIWA (KISAH SUKSES)
D A M P A K

-    Pembangunan Drainace melalui PNPM P2KP
-    Kelengkapan papan potensi Desa yang dianggarkan oleh ADD mobiler kantor desa, teras dan halaman kantor desa.
-    Talud pembuang air hujan dan limbah rumah tangga.
-   Perkerasan jalan / Lorong(ADD)   
-   Pembangunan Drainace dan plat duiker lewat     program Impra Struktur Perdesaan (PPIP)
-   Pengaspalan jalan melalui (APBD).
-   Pembangunan jalan Paving Blok (APBD).
-   Pembangunan Talud dan perkerasan jalan Tani ( PNPM Mandiri Perdesaan ).
Pembangunan MCK ( APBD ).


RESENSI BUKU

MUTIARA DARI BILA
JUDUL BUKU      : Mohammad Jafar Hafsah: Sahabat Petani dari Timur
EDITOR                 : Bachtiar Adnan Kusuma dan Hendri Hidayat
PENERBIT            : Pustaka Yapensi, Jakarta, Cetakan Pertama, Februari 2009
TEBAL                    : ix + 194 Halaman

Tangis pertama kali seorang bayi disambut dunia dengan seliur angin basah. Bukan tak ada kaharuan atau keceriaan di pojok bumi lainnya. Dalam suasana negeri yang sarat dengan ketidakpastian itulah, Jafar keluar dari rahim ibundanya.
Kehidupan saat itu dirasakan semua orang teras sangat sulit. Negeri ini baru saja merdeka. Kaki-kakinya belum kuat menopang beratnya kehidupan rakyat setelah sekian lamanya terkungkung penjajahan. Ekonomi rakyat masih jalan di tempat. Kehidupan sosial politik masih rapuh.
Waktu demi waktu kemudian mengantarkan Jafar beranjak menjadi seorang anak yang lincah, periang, penurut dan selalu bergerak kian kemari sebagaimana galibnya anak laki-laki. Akan tetapi, sewaktu-waktu Jafar merasa gundah lantaran tak sekalipun melihat ayahnya yang begitu cepat meninggalkannya.
Beddu seneng, ayah Jafar maninggal pada tahun 1958. Jafar saat itu masih berusia 9 tahun. Ada yang bercerita kalau ayahnya meninggal mmuntah darah karena disantet orang gara-gara berebut tanah warisan.
Waktu terus berlalu hingga Jafar mulai berpikir dewasa.  Sewaktu di SMA Jafar aktif bermain Band dengan instrumen yang dimainkan adalah karakas. Jafar punya tugas sebagai beking vokal pada kelompok band SMA 200 Soppeng. Setamat dari soppeng, Jafar hijrah ke Makasar guna melanjutkan pendidikan di Fakultas Pertanian Unhas, tepatnya dijalan Kandea Makassar.
Di Makassar, Jafar menumpang di rumah saudara ibunya bernama Hasanuddin Manna, salah seorang juragan becak di jalan sungai Limboto Makassar. Biasanya Jafar punya tugas sebagai juru tagih bagi tukang becak yang belum membayar sewa becak.
Hal yang menarik bagi Jafar  disaat mengikuti perpeloncoan di Unhas, ia sempat diberi cabe kemaluannya oleh seniornya dari Fakultas Pertanian Unhas. Sebagai mahasiswa baru, Jafar Harus hormat dan mengikuti perintah seniornya.
Tak terhindarkan lagi, meskipun Jafar belum selesai kuliahnya di Fakultas Pertanian Unhas, ia merasa bersyukur. Ia berhasil mendapatkan pekerjaan. Jafar menjadi karyawan di Depot Logistik (DOLOG) SulawesiSelatan. Jadilah Jafar sebagai pegawai di DOLOG SulSel dengan menempati tugas pertama dibagian Kepala Quality Control pada tahun1974-1975 yang dipimpin oleh Ir. Hartono sebagai Kepala Bagian.
Meski Jafar sudah mendapatkan jabatan sebagai Kabag di DOLOG Sulsel, Jafar kemudian memilih untuk hijrah ke Departemen Pertanian dan Tanaman Pangan Sulsel. Wktu terus bergulir hingga Jafar menikah dengan Monirah Adama pada tahun 1975.
Tak bisa disangkal bahwa di negara-negara Asia termasuk Indonesia, pengalaman seseorang ataupun tokoh masyarakat mengarungi samudra sejarahnya, acapkali diwarnai dan dibentuk oleh pribadi dari deretan nama-nama besar tokohnya. Karena itu, betapapun oleh sebagian orang menganggap seseorang dianggap kecil perannya, sosok Mohammad Jafar Hafsah sesungguhnya tak bisa dilupakan begitu saja.